“Salah satu aset bangsa ini adalah kreativitas. Idenya orang Indonesia tuh hebat-hebat. Secara kreativitas, kita nggak kalah.”
Berawal dari Mimpi
Siapa yang tidak kenal Aghi Narottama? Namanya sudah tak asing lagi di telinga para sineas dan musisi muda Indonesia. Musisi sekaligus movie scorer ini sudah menjadikan musik sebagai “napas” dalam kehidupannya. Ditemui di studio sekaligus production house miliknya, Rooftopsound, di bilangan Jakarta Selatan, pria yang akrab disapa Aghi ini menceritakan proses perjalanannya mewujudkan mimpinya untuk dapat mengaransemen musik dalam industri perfilman.
Semenjak kecil, Aghi sudah menunjukkan minat yang besar dalam bidang musik. Dia sangat tertarik menonton konser-konser musik klasik dan senang nge-band bersama teman-temannya sedari duduk di bangku sekolah.
“Dari kecil, kalau nonton film atau TV, yang saya perhatiin adalah musiknya. Kayanya keren, deh, kalau bisa bikin musik buat film. Itu udah jadi mimpi saya dari dulu. Tapi, ya, waktu itu cuma bisa jadi mimpi doang,” tutur pria kelahiran Jakarta, 12 April 1976 ini dengan tawa.
Lulus dari Fakultas Hukum, Universitas Trisakti di tahun 1999, perlahan jalan menuju kariernya saat ini mulai terbuka. “Habis lulus dari (jurusan) hukum, orangtua nawarin saya mau kerja atau lanjut kuliah. Saya milih buat lanjut kuliah dengan keinginan untuk bisa belajar di jurusan yang saya pilih sendiri.”
Di tahun 2000, akhirnya Aghi bertolak ke Amerika Serikat untuk berkuliah di Art Institute of Seattle jurusan Audio Production. Sekembalinya ke tanah air di tahun 2003, Aghi memutuskan untuk melanjutkan mewujudkan mimpinya dengan membangun production house sendiri, yaitu Rooftopsound.
“Sebenarnya saya juga tertarik di bidang hukum, tapi yang namanya mimpi kalau bisa dikerjain, kenapa nggak? Dan terbukti jalan yang terbuka semuanya mengarah ke sini.”
Proyek Movie Score Pertama
Di tahun 2004, sebagai seseorang yang “baru” dalam industri movie scoring, Aghi cukup beruntung karena memiliki teman-teman yang terlibat dalam bidang yang serupa. Awal perjalanan kariernya sebagai movie scorer dimulai saat dia ditawari oleh sutradara Joko Anwar, yang kala itu masih menjadi wartawan, untuk mengaransemen musik untuk film Janji Joni (2005).
“Dari situlah saya mulai mengenal dunia perfilman. Joko Anwar kemudian merekomendasikan saya ke teh Nia Dinata untuk menggarap film Berbagi Suami (2006).” Beruntungnya lagi, tim pertama yang bekerja sama dengannya sangat klop dan nyambung. Kerja sama yang baik ini membuatnya merasa puas dengan hasil yang dikerjakan. Bermula dari sanalah akhirnya Aghi banyak dikenal di industri perfilman sebagai movie scorer.
Semenjak memulai kariernya bersama Rooftopsound dan setelah memproduksi puluhan judul film, Aghi mengaku tantangan terbesar dan terberat dalam membuat movie score berada pada film Berbagi Suami.
“Waktu itu, saya sama dua orang teman saya, Bemby Gusti dan Ramondo Gascaro, sama sekali belum pernah ngerjain film layar lebar. Benar-benar nggak ada yang tahu cara mainnya gimana. Akhirnya kami maksain diri untuk belajar dan terus riset,” kenangnya.
Perjuangannya tentu membuahkan hasil. Berbagi Suami berhasil masuk ke dalam 9 kategori nominasi piala Citra dan menyabet dua piala FFI pada tahun 2006. Selain itu, Berbagi Suami juga memenangkan penghargaan Best Foreign Language Film dalam Festival Film Hawaii.
“Alhamdulillah, proses pengerjaan film ini semuanya lancar. Itu benar-benar berkesan buat saya karena selain filmnya berhasil, scoring-nya juga berhasil.”
Jingle Iklan vs. Movie Score
Sebelum masuk ke dalam industri perfilman, Aghi sudah terlebih dahulu memproduksi musik untuk jingle iklan. Bahkan, setelah kini disibukkan dalam dunia movie scoring pun, Aghi masih sering mendapat tawaran dan tetap memproduksinya.
Saat ditanya apa perbedaannya antara mengaransemen musik untuk iklan dan film, Aghi mengaku, “Kalau di film, seorang musisi bisa mengeluarkan sisi idealismenya karena musiknya bisa diinterpretasikan sendiri. Sementara kalau iklan, kami mengerjakan apa yang pihak sananya mau,” ujar pria yang pernah mengaransemen jingle untuk iklan Garuda Indonesia, Telkomsel, sampai Djarum 76 ini.
Selain itu, proses pengerjaan jingle iklan dan movie score pun terletak pada lama pengerjaannya. “Untuk iklan yang durasinya 60 detik, proses pengerjaannya bisa tiga sampai lima hari. Kalau film, normalnya satu bulan.” Saat ditanya mana yang lebih menyenangkan dalam mengerjakan, “Saya suka dua-dua, tapi mengerjakan musik untuk film bikin saya puas secara seni,” aku Aghi yang mengidolakan musisi John Powell ini.
Proses pengerjaan musik baik untuk iklan dan film tidak jauh berbeda. Di kedua-duanya, proses aransemen meliputi pembuatan lagu, rekaman orkestra, mixing, dan mastering. “Dan kami harus nunggu videonya jadi dulu sebelum ngerjain. Istilahnya adalah picture lock, yaitu editan video yang udah final biar timing-nya nggak berubah-ubah lagi.” Karena sebagai seorang scorer, bagi Aghi, timing adalah hal yang paling esensial. Musik, terutama dalam film, sangat berpengaruh untuk setiap adegan. Misalnya, saat ada adegan orang mau ditonjok, Aghi harus menyesuaikan musik dengan adegannya. Kalau timing-nya meleset sedikit saja, suasana yang ingin dibangun justru tidak akan tercipta.
“Tantangan mengerjakan musik untuk film juga gimana caranya menyatukan isi kepala dengan sang sutradara. Habis itu, gimana caranya menceritakan kembali adegan dengan nada musik. Yang terakhir, gimana caranya musik yang udah kami buat nempel di memori orang-orang yang nonton. Kalau dibandingkan dengan iklan, tantangan di film jauh lebih besar.”
Tetap Produktif
Di tahun 2013 ini, tawaran mengerjakan musik masih terus berdatangan untuk Aghi. Sampai akhir tahun, setidaknya Aghi sedang memegang tiga buah judul film yang berbeda, salah satunya ada film produksi Brunei Darussalam. “Film kedua adalah film tentang balap mobil, sementara yang ketiga merupakan film dokumenter,” ujarnya.
Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang scorer, Aghi pun turut mengajar di Institut Musik Indonesia (IMI) sebagai Head Department of Music and Audio Production. “Di sana saya memberikan kurikulum untuk anak-anak supaya belajar musik, teknik rekaman, mixing, mastering, dan semua yang berhubungan dengan audio.”
Musik seakan sudah mendarah daging dalam hidupnya sehingga apa pun yang Aghi kerjakan tidak jauh-jauh dari passion-nya ini. “Satu bidang, satu tujuan, hanya bedanya yang satu saya bikin musik (di Rooftopsound), yang satunya ngajarin orang (di IMI). Semuanya harus seimbang.”
Harapan tentang Movie Scoring di Indonesia
Sebagai salah seorang yang berkecimpung di industri musik dan perfilman, Aghi berharap semoga untuk ke depannya agar film Indonesia terus berproduksi. “Jangan sampai hilang dan mati seperti tahun 1980-1990-an. Film itu akan tetap hidup kalau masih banyak penontonnya di bioskop.”
Dengan berkembangnya industri perfilman Indonesia, Aghi optimis bahwa movie scoring di Indonesia pun akan tetap bertahan. “Karena yang namanya movie scoring semuanya pasti tergantung dari industri filmnya sendiri. Kalau serius, ini bisa jadi karier yang sangat menjanjikan karena setiap film baru yang bermunculan pasti membutuhkan talent-talent baru,” ujar ayah satu orang putra ini dengan tegas.
Saat ditanya bagaimana untuk memulai karier sebagai movie scorer, menurut Aghi, “Yang pasti harus bisa menguasai musik dan menguasai teknologi musik komputer atau MIDI. Gimana caranya biar bisa dapat proyek? Mulai aja dulu dari proyek teman-teman. Jangan dulu mikirin bayaran karena untuk awal-awal, yang terpenting adalah mengumpulkan portofolio sebanyak mungkin.”
Aghi pun optimis bahwa industri film Indonesia tidak kalah bagusnya dengan film-film luar. “Idenya orang Indonesia, tuh, hebat-hebat. Secara kreativitas, kita nggak kalah.” Sayangnya, menurut Aghi, yang membuat sulit adalah karena talent-talent tersebut masih kesulitan untuk mendapat akomodasi dan fasilitas yang memadai untuk mengembangkan ide-ide tersebut.
“Salah satu aset bangsa ini adalah kreativitas. Dan saya berharap semoga industri kreatif Indonesia bisa lebih berkembang agar ide-ide yang hebat tadi bisa diwujudkan,” tutupnya.
—–
Biodata
Nama: Aghi Narottama Gumay
Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 12 April 1976
Twitter: @aghinarottama
Filmografi:
Janji Joni (2005)
Berbagi Suami (2006)
Kala (2007)
Quickie Express (2007)
Perempuan Punya Cerita (2007)
Gara-Gara Bola (2008)
Takut (Faces of Fear) (2008)
Radit & Jani (2008)
Pintu Terlarang (2009)
Heartbreak.com (2009)
Aku Atau Dia (2010)
Madame X (2010)
Working Girls (2011)
Lima Elang (2011)
Catatan Harian Si Boy (2011)
The Perfect House (2011)
Arisan! 2 (2011)
Garuda di Dadaku 2 (2011)
Negeri 5 Menara (2012)
Modus Anomali (2012)
Di Timur Matahari (2012)
Mika (2013)
Cinta dari Wamena (2013)
Dino (short film) (2013)
Missing (short film) (2013)
Sang Kiai (2013)
Pintu Harmonika (2013)
Leher Angsa (2013)
Laura & Marsha (2013)
TV Serial:
Bima Satria Garuda (2013)
Musikal:
Onrop! Musikal (2010)
—–
Foto: Fadilla Dwianti Putri & dokumentasi narasumber
Read more at http://indonesiakreatif.net/article/success-story/aghi-narottama-wujudkan-mimpi-lewat-musik/#G9qPJO5wUDQU42pE.99
0 Komentar untuk " "
Berikan tanggapan. (Kesopanan dapat meluluhkan hati admin)